Merebut Pasar Bisnis Olahan Ikan di Kalimantan Tengah

Demi Generasi Tangguh dan Unggul

Oleh : Afrillya Sari Kumalawati, S.Pi

(Pemenang 2 Lomba Menulis Artikel Hari Ikan Nasional Tahun 2021)



“Ayam mati di lumbung padi”. Pepatah yang selalu mengingatkan agar kita selalu maju. Perumpamaan yang memantik semangat berjuang agar semua lapisan masyarakatnya sejahtera, tak seperti perumpamaan di atas.


Sebagai pulau terbesar ketiga di dunia dan sebagai pulau seribu sungai, Kalimantan merupakan rumah bagi berbagai spesies ikan, baik ikan asli maupun ikan endemik. Jika ikan pipih/ Chitala sp sudah langka ditemukan di Pulau Sumatera (Sumatera Selatan khususnya), namun ikan ini masih banyak ditemukan di sungai-sungai di Kalimantan.


Kalimantan Tengah dengan hutannya di Kawasan Taman Nasional Sebangau, berpotensi besar terhadap habitat ikan. Danau, rawa, sungai serta kanal-kanal yang luas merupakan rumah ikan. Sungai Barito, sungai terpanjang ketiga merupakan ekosistem yang masih alami, disusul sungai lainnya (Sungai Kahayan, Sungai Kapuas, Sungai Katingan dan lainnya). Wilayah pesisir turut menopang ekonomi nasional, utamanya di WPPRI 712.


Berdasarkan data statistik dari laman kkp.go.id, diperoleh data total produksi Kalimantan Tengah Tahun 2020 sebesar 86.070,42 ton meliputi produksi budidaya (41.355,42 ton), produksi tangkap laut (36,779 ton) dan produksi tangkap PUD (7.936 ton).


Tapi coba perhatikan di pasaran, olahan apa yang beredar di Kalimantan Tengah? Mayoritas yang dijual adalah ikan hidup/ segar yang dijual tanpa dilakukan penanganan dan pengolahan lebih lanjut. Olahan yang tersedia: ikan pundang, ikan panggang, wadi dan amplang. Olahan bakso, pempek, nugget, kaki naga yang semuanya berbahan ikan memang sudah diproduksi namun terbatas dan belum begitu populer. Justru yang populer adalah pentol ayam dan olahan produk beku pabrikan.


Sayang sekali bukan, jika potensi sedemikian luar biasa namun tidak dimanfaatkan secara maksimal? Padahal ikan kecil sampai besar, ikan banyak duri sampai ikan sedikit durinya ada semua di sungai-sungai Kalimantan Tengah. Ikan seluangpun merupakan suatu berkah meski bencana banjir melanda di semua kabupaten.


Semua potensi bisa ditingkatkan kemanfaatannya dengan meningkatkan jiwa kewirausahaan di masyarakat Kalimantan Tengah. Kategori maju dan sejahtera suatu daerah salah satunya dilihat dari banyak-sedikitnya tingkat pengangguran suatu daerah. Lantas, pengangguran berbanding terbalik dengan jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, bertambahnya pengolah perikanan termasuk upaya ke arah sejahteranya suatu daerah, yang pada akhirnya meningkatkan daya jual maupun daya saing daerah tersebut.


Diversifikasi adalah upaya membuat olahan yang baru ataupun mengembangkan produk yang sudah ada menjadi lebih inovatif dan kreatif. Lantas, olahan produk apa yang bisa dikembangkan di Kalimantan Tengah? Produk fermentasi dan pengeringan tentu saja, seperti ikan pundang. Wadi juga termasuk yang turut meramaikan pasar Kalimantan Tengah yang tak serta merta meninggalkan kearifan lokalnya. Keduanya bersifat wajib dan orisinil kesukaan masyarakat Dayak semenjak kecil.

Tapi ternyata bukan itu saja yang bisa dilakukan kan? Prospek ke depan harus dilakukan agar wirausaha Kalimantan Tengah mampu berdaya saing, menyadari akan kebosanan makan ikan yang itu-itu saja. Lirik saja bagaimana generasi milenial menyukai berbagai makanan kekinian. Dengan begitu bisa ditambahkan protein ikan ke dalam komposisinya. Nah, beres sudah “PR” pemerintah untuk menurunkan nilai stunting pada anak jika banyak yang menjalankan usaha pengolahan ikan. Untuk selanjutnya, pemerintah dan swasta tinggal membantu iklim pemasaran UMKM.

Bakso ikan yang dikreasikan, abon ikan berbagai rasa, kerupuk ikan dengan bumbu kekinian, keripik ikan salted egg, aneka kreasi pempek. Liriklah olahan yang menyihir generasi Z menyukainya. Sosis ikan yang dibuat menjadi corndog ikan, fish patty yang diisikan ke burger ikan, penambahan abon ikan pada egg roll/ kastangel/ floss roll serta kreasi olahan fish jelly lainnya.

Dengan demikian, mari bersama-sama meningkatkan daya saing wirausaha, baik muda maupun dewasa. Ingat jargon “Kalau bukan sekarang lalu kapan lagi? Kalau bukan kita sendiri, lalu siapa lagi?”. Jika semua terpenuhi, maka untuk menciptakan generasi tangguh dan unggul dalam mewujudkan Kalteng semakin berkah akan secepatnya terwujud. Aamiin.