Seruyan, Kalimantan Tengah – Desa Sei Udang menjadi contoh nyata komitmen masyarakat dalam menjaga pesisir melalui pelatihan mitigasi bencana dan penanaman mangrove. Kegiatan yang berlangsung pada Desember 2025 ini menegaskan bahwa mitigasi bukan sekadar wacana, melainkan aksi nyata.
Sebagaimana terlihat dalam video kegiatan, warga desa mengikuti pelatihan dengan penuh semangat. Mereka tidak hanya mempelajari teori mitigasi bencana, tetapi juga langsung mempraktikkan penanaman mangrove di garis pantai. Para fasilitator menekankan bahwa mangrove adalah benteng alami yang mampu menahan abrasi sekaligus meredam gelombang besar.
Slogan kegiatan, “Mangrove hari ini, perlindungan untuk masa depan”, mencerminkan semangat kolektif menjaga alam demi generasi mendatang. Penanaman mangrove tidak hanya melindungi garis pantai, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, seperti budidaya kepiting bakau dan ekowisata.
Sebagaimana dijelaskan oleh LindungiHutan, “Hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung alami dari abrasi dan tsunami, sekaligus menjadi penyerap karbon yang sangat efektif.” Kutipan ini memperkuat pesan bahwa setiap bibit mangrove yang ditanam adalah investasi jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat.
Menurut data Kementerian Kehutanan, Indonesia memiliki lahan mangrove terluas di dunia, mencapai sekitar 3,5 juta hektare yang tersebar di berbagai wilayah. Pemerintah juga menargetkan penanaman mangrove baru di lahan seluas 1.500 hektare pada tahun 2025 sebagai bagian dari program rehabilitasi ekosistem pesisir.
Kegiatan ini memperlihatkan sinergi antara masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Melalui pelatihan, warga semakin memahami bahwa mitigasi bencana adalah gerakan bersama yang membutuhkan partisipasi aktif seluruh pihak.
Sebagai penutup, kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah pesisir lain di Kalimantan Tengah. Penanaman mangrove bukan hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memperkuat identitas masyarakat sebagai penjaga alam.
Sumber Referensi: