Sajikan Ikan Lokal di Meja Makan Demi Generasi Kalteng yang Membanggakan

oleh Alphaomega Pulcherima Rambang

(Pemenang 3 Lomba Menulis Artikel Hari Ikan Nasional Tahun 2021)


Jika Presiden Jokowi memberikan pertanyaan,”Sebutkan nama-nama ikan!” kepada kita yang tinggal di wilayah Kalteng maka beliau tidak akan mendapatkan jawaban ikan tuna, kakap, cakalang, bawal, dsb. Jelas saja, itu ikan laut yang susah ditemui di sini.Dia akan mendengar haruan, baung, jelawat, lais, riyu atau seluang disebut. Ya, ikan-ikan tersebut adalah ikan lokal yang biasa dijumpai di sungai daerah Kalimantan Tengah. Membayangkan kelezatan, manis dan segarnya ikan lokal tersebut membuat saya lapar. Sayang kebanyakan anak-anak sekarang tidak memahami kenikmatan makan ikan. Mereka lebih memilih makan makanan seperti pizza atau ayam goreng.


Anak seorang kawan saya sangat menyukai ayam goreng, seperti yang dimakan Upin Ipin, harus paha pula. Begitu kuat pengaruh kartun ini. Jarang sekali anak-anak sekarang yang suka makan ikan. Sampai-sampai mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti pernah meresmikan peluncuran Program “Aisumaki” (Anak Indonesia Suka Makan Ikan) untuk membudayakan makan ikan di kalangan anak-anak. Anak-anak menjadi target utama dari kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Tentunya beralasan mengingat ikan merupakan sumber protein dan omega 3 yang baik untuk kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Tubuh membutuhkan protein sebagai zat pembangun. Otak butuh asupan protein cukup untuk bekerja optimal.


Kalteng memiliki berbagai jenis ikan lokal berlimpah dari sungai-sungainya. Sebut saja haruan, baung, papuyu, jelawat, lais , riyu, seluang, belida dan masih banyak lagi. Rasanya lezat dan benilai gizi tinggi. Sayang jika kita tidak memanfaatkan keberadaan ikan ini secara maksimal. Pembangunan Kalteng membutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan unggul.sedangkan ikan adalah makanan menyehatkan dan mencerdaskan. Bila di Kalteng ikan lokal mudah didapat dan harganya terjangkau, mengapa kita tidak mulai menghidangkannya di meja makan setiap hari?


Setelah menjadi seorang ibu, saya menyadari jika anak tidak suka makan sesuatu atau sangat menyukai makan sesuatu maka kemungkinan besar itu pengaruh dari ibunya. Mengapa demikian? Selera anak terbentuk dari apa yang dimakannya. Makanan yang disajikan ibunya tentunya itu yang akan dimakannya. Preferensi makan seorang anak terbentuk sejak di dalam kandungan ibunya. Jika anak tidak terbiasa disajikan ikan, bagaimana mungkin ia menyukai ikan? Berapa banyak para ibu di Kalteng yang dengan sadar menyajikan ikan dalam menu makanannya sehari-hari? Hampir semua orang tahu kalau ikan sangat sehat tapi menyajikannya setiap hari? Belum tentu.


Jika ingin menghasilkan generasi muda Kalteng yang tangguh dan unggul melalui makan ikan maka yang pertama dilakukan adalah pastikan orang tuanya (ayah dan ibu) suka makan ikan. Anak meneladani yang dilihatnya, bukan yang didengarnya. Kebiasaan bukanlah hal yang mudah dibentuk. Membiasakan anak makan ikan menjadi sangat menantang saat orang tua hanya berkata dan menyuruh tanpa memberikan teladan.Bagaimana mungkin mengharapkan ikan selalu tersaji di meja makan kalau sang penyedia makanan tidak menyukai ikan? Nah, hal kedua yang dapat dilakukan adalah memasukkan ikan ke dalam menu Makanan Pendamping ASI (MPASI). Biarkan anak menikmati manisnya ikan sejak bayi. Ini akan membuat indera perasa mereka merekam manis dan lezatnya ikan. Terakhir, berikan menu ikan sesering mungkin di meja makan rumah.Jangan takut anak bosan. Ingat, kebiasaan dibentuk dari serangkaian kegiatan yang dilakukan berulang. Ada banyak aneka ikan lokal yang dapat disajikan bergantian setiap harinya dengan aneka jenis olahan. Kalteng memiliki aneka jenis ikan lokal yang melimpah di sungainya. Jika gerakan makan ikan ini dilaksanakan secara masif dan terstruktur di setiap rumah tangga di Kalteng, percayalah, beberapa tahun ke depan kita akan menuai hasilnya. Bayangkan dari meja makan kita tercetak generasi Kalteng yang membanggakan, tangguh dan unggul! Jadi jangan ragu lagi, yuk sediakan ikan di meja makan kita! Ingat ancaman Ibu Susi: Tidak makan ikan, saya tenggelamkan.